JAKARTA - Ekonom Rizal Ramli mengungkap kemenangan PDIP yang diperikarakan paling besar hanya mencapai 23 persen. Sementara Partai Golkar merosot, lantaran efek Teddy Bear, serta ketua umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang dianggapnya tidak mengakar.
Menurutnya, dari hasil Pileg --saat ini masih berdasar hasil sementara- partai-partai menengah menggerogoti partai-partai besar.
"Jokowi effek nyaris tidak ada. Jokowi efek nyaris tidak ada karena dukungan riel sebenarnya hanya di DKI dan Jawa Tengah," ungkap Rizal Ramli kepada Tribunnews.com, Rabu (9/4/2014).
Pada dasarnya, Rizal mengingatkan hasil itu adalah kekuatan ril PDIP. Jokowi efek, lanjutnya sangat tidak berarti dibandingkan dengan Megawati efek (33%) pada tahun 1999, karena PDIP berhasil menampung suara Nasionalis ditambah suara anti Orba atau anti Soeharto.
"Jokowi efek pada dasarnya bubles media, dan tidak mampu menampung kekuatan anti Status-Quo (Demokrat-SBY), karena memang tidak ada usaha sistematis untuk merangkul kekuatan oposisi di luar SBY," kata Rizal.
Apapun, lanjut Rizal, PDIP berhak mengajukan capress dan cawapres sendiri. Pasangan tersebut, imbuhnya, harus bisa saling memperkuat, dengan cawapres yang bisa melengkapi kekuatan dan kelemahan Jokowi.
"Koalisi rakyat, trisakti bisa dilakukan dengan partai-partai menengah dengan diberikan dua pertiga menteri asal profesional, bukan sekedar pimpinan partai. Partai besar perlu diabaikan karena sangat terbiasa politik transaksional. Dan toh terbukti tidak mampu memperkuat kerja pemerintah di DPR," tegas Rizal Ramli.
Paket presiden dan wakil presiden dari PDIP lanjutnya lagi, harusnya akan memperjuangkan pelaksanaan Pancasila, UUD'45 dan Trisakti.
Bagikan Untuk Kebaikan