MAKALAH
TOKOH ILMU KALAM KONTEMPORER "FAZLUR RAHMAN"
BAB I
PENDHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu
kalam biasa di sebut dengan beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqih al-akbar, teologi islam.[1][1] Oleh sebab itu sangatlah wajar kalau terjadi
banyak sekali perbedaan dalam pemikiran tokoh-tokoh ilmu kalam, baik itu dari
tokoh ilmu kalam klasik, modern, ataupun tokoh ilmu kalam kontemporer.
Sehingga
dalam makalah ini pemakalah akan membahas tentang beberapa materi dari tokoh
ilmu kalam kontemporer khususnya tenttang Fazlur Rahman, baik itu biograpinya,
pemikiranya dan lain-lain.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
jelaskan
biograpi Fazlur Rahman
2.
sebutkan
pemikiran-pemikiran Fazlur Rahman
3.
bagaiman
karakteristik pemikiran fazlur rahman
4.
sebutkan
karya-karya Fazlur Rahman
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Fazlur Rahman
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21
September 1919 di Hazara, suatu derah yang
sekarang terletak di barat laut Pakistan.
Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang
sangat religius. Kerelegiusan ini dinyatakan oleh Fazlur Rahman sendiri yang
mengatakan bahwa ia mempraktekan ibadah-ibadah keisalaman seperti shalat,
puasa, dan lainnya, tanpa meninggalkannya sekalipun. Dengan latar belakang kehidupan keagamaan yang
demikian, maka menjadi wajar ketika berumur sepuluh tahun ia sudah dapat
menghafal Alquran. Adapun mazhab yang dianut oleh keluarganya ialah mazhab
Hanafi.[2][2]
Orang
tua Fazlur Rahman sangat mempengaruhi pembentukan watak dan keyakinan awal
keagamaannya. Melalui ibunya, Fazlur Rahman memperoleh pelajaran berupa
nilai-nilai kebenaran, kasih saying, kesetiaan, dan cinta. Ayah Fazlur Rahman
merupakan penganut mazhab Hanafi yang sangat kuat, namun beliau tidak menutup
diri dari pendidikan modern. Tidak seperti penganut mazhab Hanafi fanatik
lainnya ketika itu, Ayahnya berkeyakinan bahwa Islam harus memandang modernitas
sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan. Pandangan ayahnya inilah
yang kemudian mempengaruhi pemikiran dan keyakinan Fazlur Rahman. Selain itu,
melalui tempaan ayahnya, Fazlur Rahman pada kemudian hari menjadi seorang yang
bersosok cukup tekun dalam mendapatkan pengetahuan dari pelbagai sumber, dan
melalui ibunyalah kemudian ia sangat tegar dan tabah dalam mengembangkan
keyakinan dan pembaruan Islam.
Pada
tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah modern di
Lahore. Selain mengenyam pendidikan formal, Fazlur Rahman pun mendapatkan
pendidikan atau pengajaran tradisinonal dalam kajian-kajian keislaman dari
ayahnya, Maulana Syahab al Din. Materi pengajaran yang diberikan ayahnya ini
merupakan materi yang ia dapat ketika menempuh pendidikan di Darul Ulum
Deoband, di wilayah utara India. Ketika berumur empat belas tahun, Fazlur
Rahman sudah mulai mempelajari filsafat, bahasa Arab, teologi atau kalam, hadis
dan tafsir.
Setelah
menyelesaikan pendidikan menengahnya, Fazlur Rahman kemudian melanjutkan pendidikannya
dengan mengambil bahasa Arab sebagai kosentrasi studinya dan pada tahun 1940 ia
berhasil mendapatkan gelar Bachelor of Art. Dua tahun kemudian, tokoh utama
gerakan neomodernis Islam ini berhasil menyelesaikan studinya di universitas
yang sama dan mendapatkan gelar Master dalam bahasa Arab.
Pada
tahun 1946, Fazlur Rahman berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di
Oxford University. Selama menempuh
pendidikan di Barat, Fazlur Rahman menyempatkan diri untuk belajar berbagai bahasa
asing. Bahasa-bahasa yang berhasil dikuasai olehnya diantaranya ialah Latin,
Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab dan Urdu. Penguasaan berbagai bahasa ini membantu Fazlur Rahman dalam
memperdalam dan memperluas cakrawala keilmuannya (khususnya studi keislaman)
melalui penelusuran berbagai
literatur.[3][3]
Dan pada saat berumur 32 tahun Fazlur Rahman meraih gelar dotornya, di Oxford University, Fazlur Rahman tidak
langsung ke negeri asalnya Pakistan (ketika itu sudah melepaskan diri dari
India), ia memutuskan untuk tinggal beberapa saat disana. Ketika tinggal di
tinggal di Inggris, Fazlur Rahman sempat mengajar di Durham University.
Kemudian pindah mengajar ke Institute of Islamic Studies, McGill University,
Kanada, dan menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy sampai awal
tahun 1960. Menurut pengakuan Fazlur
Rahman, ketika menempuh studi pascasarjana di Oxford University dan mengajar di
Durham University, konflik antara pendidikan modern yang diperolehnya di Barat
dengan pendidikan Islam tradisional yang didapatkan ketika di negeri asalnya
mulai menyeruak. Konflik ini kemudian membawanya pada skeptisisme yang cukup
dalam, yang diakibatkan studinya dalam bidang filsafat.
Setelah
tiga tahun mengajar di McGill University, akhirnya pada awal tahun 1960 Fazlur
Rahman kembali ke Pakistan setelah sebelumnya diminta bantunnya oleh Ayyub Khan
untuk membangun negeri asalnya, Pakistan. Menurut Moosa (2000: 2), permintaan
Ayyub Khan kepada Fazlur Rahman ialah bertujuan untuk membawa Pakistan pada
khittah berupa negara yang bervisi Islam Selanjutnya pada tahun 1962, Fazlur
Rahman diminta oleh Ayyub Khan untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic
Research Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam (The
Advisory Council of Islamic Ideology). Motivasi Fazlur Rahman untuk menerima
tawaran dari Ayyub Khan dapat dilacak pada keinginannya untuk membangkitkan
kembali visi Alquran yang dinilainya telah terkubur dalam puing-puing sejarah.
Kursi
panas yang diduduki oleh Fazlur Rahman akhirnya menuai pelbagai reaksi. Para
ulama tradisional menolak jika Fazlur Rahman mendudukinya, ini disebabkan oleh
latar belakang pendidikannya yang ditempuh di Barat. Penentangan atas Fazlur
Rahman akhirnya mencapai klimaksnya ketika jurnal Fikr-o-Nazar menerbitkan
tulisannya yang kemudian menjadi dua bab pertama bukunya yang berjudul Islam.
Pada tulisan tersebut, Fazlur Rahman mengemukakan pikiran kontroversialnya
mengenai hakikat wahyu dan hubungannya dengan Muhammad saw. Menurut Fazlur
Rahman, Alquran sepenuhnya adalah kalam atau perkataan Allah swt, namun dalam
arti biasa, Alquran juga merupakan perkataan Muhammad saw. Akibat
pernyataan-pernyataannya tersebut, Fazlur Rahman dinyatakan sebagai
munkir-i-Quran (orang yang tidak percaya Alquran). Menurut Amal, kontroversi
dalam media masa Pakistan mengenai pemikiran Fazlur Rahman tersebut berlalu
hingga kurang lebih satu tahun, yang pada akhirnya kontroversi ini membawa pada
gelombang demonstrasi massa dan mogok total di beberapa daerah Pakistan pada
September 1968. Menurut hampir seluruh pengkaji pemikiran Fazlur Rahman
berpendapat bahwa penolakan atasnya bukanlah ditujukan kepada Fazlur Rahman
tetapi untuk menentang Ayyub Khan. Hingga akhirya pada 5 September 1968
permintaan Fazlur Rahman untuk mengundurkan diri dari pimpinan Lembaga Riset
Islam dikabulkan oleh Ayyub Khan.
Pada
akhir tahun 1969 Fazlur Rahaman meninggalkan Pakistan untuk memenuhi tawaran
Universitas California, Los Angeles, dan langsung diangkat menjadi Guru Besar
Pemikiran Islam di universitas yang sama. Mata kuliah yang ia ajarkan meliputi
pemahaman Alquran, filsafat Islam, tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik
Islam, modernism Islam, kajian tentang al Ghazali, Shah Wali Allah, Muhammad
Iqbal, dan lain-lain. Salah satu alasan yang menjadikan Rahman memutuskan untuk
mengajar di Barat disebabkan oleh keyakinan bahwa gagasan-gagasan yang
ditawarkannya tidak akan menemukan lahan subur di Pakistan. Selain itu, Rahman
menginginkan adanya keterbukaan atas pelbagai gagasan dan suasana perdebatan
yang sehat, yang tidak ia temukan di Pakistan.[4][4]
Selama
di Chicago, Fazlur Rahman mencurahkan seluruh kehidupannya pada dunia keilmuan
dan Islam. Kehidupannya banyak dihabiskan di perpustakaan pribadinya di
basement rumahnya, yang terletak di Naperville, kurang lebih 70 kilometer dari
Universitas Chicago. Rahman sendiri menggambarkan aktitivitas dirinya tersebut
laiknya ikan yang naik ke atas hanya untuk mendapatkan udara. Dari
konsistensinya dan kesungguhannya terhadap dunia keilmuan akhirnya Rahman
mendapatkan pengakuan lembaga keilmuan berskala internasional. Pengakuan
tersebut salah satunya ialah pada tahun 1983 ia menerima Giorgio Levi Della
Vida dari Gustave E von Grunebaum Center for Near Eastern Studies, Universitas
California, Los Angeles.
Selama
kurang lebih 18 tahun menetap di Chicago, rahman telah menampilkan sebagai
pigur pemikir modern yang bertanggung jawab dan senantiasa berfikir untuk
mencari solusi-solusi dari problema yang dihadapi islam dan umatnya. Ada
sejumlah buku yang berhasil dia tulis dan puluhan artikel lainnya yang tersebar
di berbagai jurnal ilmiah internasionala. Itulah sebagai peninggalnnya yang
smpai kini pemikiran-pemikirannya masih terus di kaji banyak kalangan. Pada
tanggal 26 juli 1998, setelah lama terserang dibetes, Fazlur Rahma meninggal
dunia.[5][5]
B. POKOK-POKOK PEMIKIRAN
FAZLUR RAHMAN
Fazlur Rahman dengan
segala kemampuan intelektualnya sudah tentu tidak bebas dari kekurangan dan
kelemahan. Maka adalah hak kita untuk menerima, menyetujui atau menolak seluruh
atau sebagian hasil pemikirannya untuk semua pada posisi penerimaan atau
penolakan, seorang intelektual pencari kebenaran sudah tentu akan mengumpulkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan pendapat dan pemikiran yang di
kemukakan untuk menilai pendapat Fazlur Rahman, orang harus memahami al-Qur’an
sebagai sebuah ajaran yang utuh lebih dulu, di samping Sunnah, Sejarah Islam
dan lain-lain.
Di antara pemikiran Fazlur
Rahman antara lain :
- Ia menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah suatu karya misterius atau karya sulit yang memerlukan manusia berlatih secara teknis untuk memahami dan menafsirkan perintah-perintahnya, di sini di jelaskan pula prosedur yang benar untuk memahami al-Qur’an.
- Seseorang harus mempelajari al-Qur’an dalam Ordo Histories untuk mengapresiasikan tema-tema dan gagasan-gagasannya.
- Seseorang harus mengkajikan dalam konteks latar belakang social historisnya, hal ini tidak hanya berlaku untuk ayat-ayatnya secara individual tapi juga untuk al-Qur’an secara keseluruhan. Tanpa memahami latar belakang mikro dan makronya secara memadai. Menurut Fazlur Rahman, besar kemungkinan seseorang akan salah tangkap terhadap élan dan maksud al-Qur’an aktifitas Nabi baik di Mekkah atau di Madinah.
- Dalam karyanya Islam and Modernity 1982 Fazlur Rahman menekankan, akan mutlak perlunya mensistematiskan materi ajaran al-Qur’an. Tanpa usaha ini bisa terjadi penerapan ayat-ayatnya secara individual dan terpisah berbagai situasi akan menyesatkan.[6][6]
C. KARAKTERISTIK PEMIKIRANNYA
Perlu di kemukakan bahwa konsep teologi Fzlur Rahman bukan
merupakan kajian tersendiri yang di tulis dalam suatu karya khusus, tetapi
lebih merupkan refleksi pemikiran sebgai hasil dari proses dialetika
berfikirnya. Memang dalam beberpa buku
dan sejumlah artikel yang di tulis, Rahman sering membicarakan doktrin-doktrin
teologi yang pernah di kembangkan oleh aliran-aliran terdahlu dan kemudian dia
mengkritisinya sehingga dri sinilah dpat di lacak pola-pola pemikiran teologi
rahman.[7][7]
Jadi karakteristik pemikiran Fazluz Rahman adalah dalam pemikiran teologi-teologi
terdahulu sejauh hal-hal yang positif harus di pertahankan dan sebaliknya
terhadap doktrin-doktrinnya yang kuran lurus dan tidak dapat di ketemukan
akar-akarnya dalam ajaran Qur’an, maka perlu di rekonstruksi. Hal demikian tidak lain mengingat sebuah sistem
teologi bis saja secar logiskoheren, namun bisa juga sama sekali palsu terhadp
agama yang di katakayna sebagai di rumuskannya. Dari sinilah upaya
rekonstruksiteologi di anggap penting.[8][8]
Dan
salah satu karakeristik pemikiranya juga adalah bahwa manusia dengan kekuatan
moralnya, tema tentang ketuhanan dan alam semesta sekan hanya bagianpelengkap
dari tema besar moralitas manusia, krena tujuan sentrala agama tidak lain
adalahmembentuk pribadi manusia yang luhur dan bermoral.[9][9]
D. KARYA-KARYA FAZLUR RAHMAN
Karya-karya
yang mula di tulis, selain disertai
doktralnya tentang Ibnu sina adalah
teks terjemahan ke dalam bahasa inggris di karya monumental IbnuSIna
kitab an-Najat denagn judul Avicenna’s
psychology (1952). Beberapa tahun kemudian Rahman menyunting karya Ibnu
Sina lainnya Kitab An-Nafs dan di
terbitkan dengan judul Avicenna’s De
Anima (1959).
Karya
lain menjelang tahun 1960-an adalah propechy
in Islam: philosophy Ortodoxy and (1956), Islamic Methodology in History
(1965), Major Themes Of The Qur’an (1980),
Islam and Modernitiy; Transpormation of
an Intllectual Tradition (1982).[10][10]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fazlur Rahman dilahirkan
dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Kerelegiusan ini dinyatakan
oleh Fazlur Rahman sendiri yang mengatakan bahwa ia mempraktekan ibadah-ibadah
keisalaman seperti shalat, puasa, dan lainnya, tanpa meninggalkannya sekalipun.
Dengan latar
belakang kehidupan keagamaan yang demikian, maka menjadi wajar ketika berumur
sepuluh tahun ia sudah dapat menghafal Alquran. Adapun mazhab yang dianut oleh
keluarganya ialah mazhab Hanafi.
Fazlur Rahman dengan segala kemampuan
intelektualnya sudah tentu tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Maka
adalah hak kita untuk menerima, menyetujui atau menolak seluruh atau sebagian
hasil pemikirannya untuk semua pada posisi penerimaan atau penolakan, seorang
intelektual pencari kebenaran sudah tentu akan mengumpulkan berbagai informasi
yang berkaitan dengan pendapat dan pemikiran yang di kemukakan untuk menilai
pendapat Fazlur Rahman, orang harus memahami al-Qur’an sebagai sebuah ajaran
yang utuh lebih dulu, di samping Sunnah, Sejarah Islam dan lain-lain.
[1][1] Abdul razak dan
rosihun anwar, ilmu kalam, CV. Pustaka setia, Bandung, 2001,hal.13
[2][2] Muktafi Fahal
dan Ahamad Amir
Aziz, Teologi islam modern, Gitamedia Press, Surabaya, 1999, hal 133
[3][3] Ibid, hal.134
[4][4] Ibid, hal.138
[5][5] Ibid, hal.137
[6][6] Fazlur Rahaman, Gelombang Perubahan Dalam Islam, Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal.6-9
[7][7] Muktafi Fahal
dan Ahamad Amir
Aziz, Teologi islam…..hal.139
[8][8] Ibid, hal.142
[9][9] Ibid, hal.154
[10][10] Ibid, hal.137-139
Bagikan Untuk Kebaikan