SURABAYA - Proses pemungutan suara pemilu yang terjadi lima tahun sekali tidak dilewatkan delapan mahasiswa Setsunan University, Jepang yang kuliah di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya untuk belajar demokrasi.
Mereka datang dan mengamati proses pemungutan suara di TPS 10 Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Rabu siang (9/4/2014).
Wajah Rena Kusumoto berbinar-binar saat kelompok petugas pemungut suara (KPPS) memintanya membantu memanggil calon pemilih yang akan masuk ke bilik suara.
Dengan bahasa indonesia yang medok, gadis asal Osaka Jepang itu menyebutkan nomor urut masing-masing calon pemilih.
Logat yang aneh membuat sebagian calon pemilih yang kebanyakan ibu-ibu itu tergelitik melihatnya.
Apalagi saat itu Rena Kusumoto juga mengenakan pakaian khas Jepang Yukata, lengkap dengan ikat pinggang besar (obi) dan sandal bakiak.
Sementara tujuh temannya yang juga berpakaian serupa bergerombol di sampingnya sambil melihat proses pemungutan suara di TPS itu.
"Kayak Oshin ya,"kata salah satu calon pemilih.
Beberapa saat sebelumnya, ketua KPPS Anjarwanto menerangkan singkat proses pemungutan suara di tempatnya.
Tak hanya melihat, para mahasiswa yang datang bersama Rektor Unitomo Bachrul Amiq, istri dan putrinya ini juga mencoba mencelupkan tangannya ke tinta sebagai bukti telah datang ke TPS.
Dan mereka melakukannya dengan antusias seperti Yo Matsutani yang tidak sadar jika seluruh jari kelingkingnya tercelup tinta.
Mahasiswa berusia 20 tahun ini malah memandang heran tinta yang mencelup seluruh jarinya.
Usai acara Rena Kusumoto mengaku sangat terkesan dengan pemilu Indonesia.
"Di sini ramai sekali. Kalau di Jepang sepi. Peminatnya tidak begitu banyak. Pemudanya jarang memilih. Malas saja,"kata gadis berambut pendek ini.
Rena sendiri belum pernah mengikuti pemilu karena ketentuan di Jepang yang berhak memilih minimal berusia 20 tahun.
"Sekarang saya baru 20 tahun. Mungkin kalau nanti kembali baru bisa memilih,"katanya dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Bagikan Untuk Kebaikan




