JAKARTA - Bagi Wiranto, calon presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), ajang pemilihan umum bukanlah sebuah ajang perang. Justru, pemilu merupakan kontes demokrasi yang harus dipertontonkan dunia.
"Ini bukan perang ya, ini kontes demokrasi yang harus dipertontonkan pada dunia. Indonesia tunjukkan pada dunia bahwa kita negara demokrasi. Pemilu harus tidak ada permasalahan, tidak ada konflik, jujur, adil, dan transparan," kata Wiranto saat ditemui di TPS 10 di Jalan Masjid Al Ikhlas, Bambu Apus, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2014).
Artinya, lanjut Wiranto, tidak ada rekayasa tertentu yang mencederai proses politik untuk memilih pemimpin yang terbaik. "Sebab kalah menang biasa, tapi jangan sampai kita dapat pemimpin dari hasil rekayasa yang tidak jujur. Jangan sampai kita memanipulasi kualitas pemimpin dengan berbagai cara. Yang rugi bangsa kita sendiri," katanya.
Seyogyanya, tambah mantan Pangab tersebut, pemahaman itu sampai pemilih. Mereka itu paham haknya untuk memilih. Tapi juga paham kepentingan memilih lima tahun yang akan datang bagaimana. Mereka juga, terusnya, paham siapa yang dipilih sehingga demokrasi berjalan.
"Tapi kalau rakyat nggak tahu siapa yang dipilih, untuk apa dia memilih, kemudian ada rekayasa, ini kan manipulasi kepemimpinan," katanya.
Hasil sementara hitung cepat Kompas menunjukkan, Partai Hanura, Partai Bulan Bintang (PBB), serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) berada di posisi tiga terbawah untuk Pemilu Legislatif 2014.
Adapun Hanura mengantongi 5,12 persen. Sementara, Partai Bulan Bintang (PBB) meraih 1,47 persen. Di posisi terakhir, ada Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) cuma mencomot 0,96 persen suara.
Bagikan Untuk Kebaikan


