JAKARTA - Politisi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, menilai anjloknya suara partainya sebagaimana hasil hitung cepat (quick count) Pileg 2014 adalah karena serangan pemberitaan kasus korupsi media massa.
Sementara, naiknya suara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) semata karena strategi kampanye sementara untuk menyedot perhatian calon pemilih dan tidak terkena serangan pemberitaan kasus korupsi.
"Kalau Geridra itu mereka sejak awal sudah iklan di mana-mana, kalau kami sedikit iklan. PKB juga begitu, mereka juga piawai menarik orang-orang terkenal, mereka ambil Rhoma Irama dan Ahmad Dhani sehingga ada namanya Rhoma Irama effect. Mereka tidak digembar-gemborkan kasus korupsi dan macam-macam. Dan pemillih berpikir mereka partai baik, padahal belum tentu," kata Sutan kepada Tribun.
Menurut Sutan, pemberitaan beberapa media massa yang berafiliasi kepemilikan orang parpol saat masa kampanye lalu adalah tidak objektif dan cenderung tidak sesuai fakta.
Dan Sutan pun merasakan sendiri kejamnya serangan stasiun televisi yang berafiliasi milik petinggi parpol tersebut.
"Seperti saya diberitakan saweran money politics saat dangdutan di acara ulang tahun teman saya di Medan. Itu acaranya sehari sebelum masa kampanye, tapi di tv itu saya dibilang sawer waktu sudah kampanye. Dan saya enggak bisa meng-counter-nya," ujar Sutan, Ketua Komisi VII DPR RI yang dikenal dengan seloroh 'Ngeri-ngeri Sedap' itu.
Dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei atas Pileg 9 April 2014, menempatkan Partai Demokrat dalam kisaran 9-10 persen suara. Raihan partai besutan SBY tersebut terbilang anjlok bila dibandingkan hasil real count Pileg 2009 yang mendapatkan 20,85 persen suara.
Hasil mengejutkan hitung cepat justru datang dari Gerindra dan PKB. Pada Pileg 2009, Gerindra mendapat 4,46 persen suara dan meningkat tajam menjadi 11,7 persen suara dalam hitung cepat. Sementara, PKB mendapatkan 4,95 persen suara dan meningkat menjadi 9 persen suara dalam hasil hitung cepat.
Bagikan Untuk Kebaikan
0 Comments
